TANGGUNG
JAWAB (RESPONSIBILITY)
DAN
TANGGUNG GUGAT (ACCOUNTABILITY) PERAWAT
DALAM
SUDUT PANDANG ETIK
TANGGUNG
JAWAB (RESPONSIBILITY)
A. Pengertian Responsibility (Barbara kozier dalam Fundamental of nursing 1983:25)
Responsibility means :
Reliability and thrustworthiness. This attribute indicates that the professional
nurse carries out required nursing activities conscientiously and that nurse’s actions
are honestly reported (Koziers, 1983:25)
Tanggung jawab perawat berarti
keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya. Sebutan ini menunjukan bahwa
perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati, teliti dan kegiatan perawat
dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat bertanggung jawab dan
memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan dengan disiplin
ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri
klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa tidak yakin bahwa perawat
yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai dan kurang
berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam sikap,
keterampilan, pengetahuan (integrity)
dan kompetensi.
Beberapa cara dimana perawat dapat mengkomunikasikan
tanggung jawabnya :
1.
Menyampaikan
perhatian dan rasa hormat pada klien (sincere intereset)
Contoh:“Mohon
maaf bu demi kenyamanan ibu dan kesehatan ibu saya akan mengganti balutan atau
mengganti spreinya”.
2.
Bila
perawat terpaksa menunda pelayanan, maka perawat bersedia memberikan penjelasan
dengan ramah kepada kliennya (explanantion about the delay). Misalnya ; “Mohon maaf pak saya memprioritaskan dulu klien yang gawat dan
darurat sehingga harus meninggalkan bapak sejenak”.
3.
Menunjukan
kepada klien sikap menghargai (respect) yang
ditunjukkan dengan perilaku perawat. misalnya mengucapkan salam, tersenyum,
membungkuk, bersalaman dsb.
4.
Berbicara
dengan klien yang berorientasi pada perasaan klien (subjects the patiens desires) bukan pada kepentingan atau keinginan perawat misalnya
“Coba ibu jelaskan bagaimana
perasaan ibu saat ini”. Sedangkan
apabila perawat berorientasi pada kepentingan perawat ; “ Apakah bapak tidak paham bahwa pekerjaan saya itu
banyak, dari pagi sampai siang, mohon pengertiannya pak, jangan mau dilayani
terus.”
5.
Tidak
mendiskusikan klien lain di depan pasien dengan maksud menghina (derogatory) misalnya “ pasien yang ini mungkin harapan sembuhnya lebih kecil dibanding
pasien yang tadi”
6.
Menerima
sikap kritis klien dan mencoba memahami klien dalam sudut pandang klien (see the patient point of view). Misalnya perawat tetap bersikap bijaksana saat klien menyatakan
bahwa obatnya tidak cocok atau diagnosanya mungkin salah.